PBSI Ingin Punya Venue Sendiri, Menpora Dito Bilang Begini
PBSI sempat mengutarakan harapan memiliki venue bulutangkis sendiri menyusul batalnya Indonesia Open digelar di Indonesia Arena. Menpora Dito Ariotedjo memberikan responsnya.
Keinginan untuk memiliki stadion khusus badminton disampaikan Kabid Binpres PBSI Ricky Soebagdja saat di Pelatnas PBSI beberapa hari lalu.
Awalnya ia ditanya pewarta soal alasan di balik pembatalan Indonesia Arena GBK sebagai venue Indonesia Open 2024. Ricky menjawab karena masalah pencahayaan. Struktur dan konsep lampu Indonesia Arena dinilai hanya diperuntukkan cabor basket.
Ricky menilai sudah seharusnya badminton yang merupakan cabang Olimpiade mendapatkan prioritas stadion sendiri.
Sementara Istora GBK yang selama ini digunakan untuk dua penyelenggaraan super series BWF, Indonesia Masters dan Indonesia Open, tidak secara khusus buat olahraga tepok bulu. Tapi multi event. Tak sebatas olahraga, tapi juga musik.
Baca juga: Indonesia Open Batal di Indonesia Arena, Ini Kata PPK GBK |
Menanggapi permintaan itu, Menpora Dito mengaku lebih memprioritaskan peremajaan tempat Pelatnas PBSI di Cipayung.
“Saya sudah menyampaikan kepada PBSI, kami commit bersama PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) untuk peremajaan dan modernisasi fasilitas di Cipayung,” kata Dito kepada pewarta saat ditemui di kawasan Kuningan.
“Jadi ini sedang digodok tapi juga insyaallah Bapak Presiden juga sudah restu bagaimana Cipayung ini menjadi training center yang mumpuni dan teknologi dan infrastrukturnya lebih baru lagi. Karena Cipayung ini aset yang sangat bagus. Jadi kita mau memaksimalkan ini (prioritas) Pelatnasnya dulu.”
Baca juga: Menpora Apresiasi Prestasi Atlet Indonesia, Sebut PSSI dan PBSI |
Sementara untuk venue, Menpora berusia 33 tahun itu, lebih memfokuskan pada pemerataan gedung-gedung olahraga (GOR) di daerah.
“Kami sudah mendorong dan Alhamdulilah beberapa daerah sudah mulai di mana GOR yang kapasitasnya di atas 3 ribu sampai 6 ribu dibangun di daerah agar ini bisa menjadi mix venue, sehingga badminton, voli, basket bisa bermain,” ujarnya.
“Dan saya rasa itu bisa mencapai skala ekonomi yang nantinya bisa mendorong juga industri olahraga ini untuk (kemajuan) liganya,” Dito mempertegas.
(mcy/aff)